Rabu, 26 Juni 2013

PENDIDKAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM



MENDIDIK ANAK UNTUK MENJADI INSAN YANG ISLAMI
A.    PENDAHULUAN
Islam merupkan agama unversal yang diturunkan oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak manusia. Salah satu upaya untuk membentuk akhlak yang baik adalah melalui pendidikan yang harus dimulai pada usia dini (anak-anak).Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut lebih mudah untuk membentuk kepribadian seorang anak. Dalam Agama Islam, pendidikan terhadap anak berpedoman pada Al-Quran dan Hadis sehingga para orang tua/ pendidik dapat melaksanakan tugasnya wajib berpegang kepada kedua pedoman tersebut. Dengan demikian diharapkan nantinya seorang anak akan menjadi insan yang Islami.

B.     PENGERTIAN PENDIDIKAN
Untuk memahami pengertian pendidikna dengan benar, pengertian dapat dibedakan dari dua pengertian, pengertian yang bersifat teoritik filosofis dan pengertia pendidikan dalam arti praktis.
Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis adalah pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan dan menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan kepada pemikiran normatif, spekulatif, rasional empirik, rasional filosofik maupun histori filosofik. Pendidikan dalam arti praktek adalah, suatu proses pemindahan pengetahauan ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subjek didik untuk mencapai perkembanagan secara optimal, serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama. Dalam UUSPN pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latian bagi perananny dimasa yang akan datang.  Prof. Dr. Noeng Muhadjir mensyaratkan bahwa aktivitas pendidikan adalah aktivitas interaktif antara pendidik dan subjek didik untuk mencapai tujuan yang baik dengan cara yang baik dan dalam konteks positif. Dengan demikian pendiikan dalam arti praktis adalah pendidkan yang berlandaskan kepada nilai-nilai yang baik dan mengundang kepastian, bukan nilai-nilai yang relatif, tetapi nilai-nilai yang universal. Dengan demikian pendidkan prkatis selalu memiliki ketergantungan dengan pendidikan teoritis. Pendidikan praktis juga bersifat dengan filsafat pendidikan, prakyek pendidikan atau seni mendidik dan harus mentaati adanya suatu pola untuk bertindak. Sebaliknya filsafat pendidikan pemecahannya hanya dapat diperoleh dalam tindakan.


C.     PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadis Nabi. Perbedaan nyata antara pendidkan dengan pendidikan selain Islam terletak pada pandangan filosofinya tentang Tuhan dan manusia, dan dalam praktek pendidikan yang diarahkan oleh tujuan pendidikan dengan dituntun oleh nilai-nilai Islam.[1]

D.    PEDOMAN-PEDOMAN DASAR PENDIDIKAN ANAK
1.      KAIDAH-KAIDAH DASAR PENDIDIKAN
Islam dengan kaidah tasyri’-nya yang universal dan prinsip-prinsipnya yang abadi, telah mencanangkan dasar dan system pembinaan ank dalam berbagai segi: akidah, akhlak, fisik, akal, jiwa, sosial kemasyarakatan dan lain sebaginya. Dasar dan sistem ini merupakan prinsip yang jelas, sederhana, dan mudah dilaksanakan. Seandainya para pendidik menerapkan sistem ini, niscaya generasi muda dan masyarakat akan tumbuh dengan akidah yang kuat, moral yang mulia, akal yang matang, dan tata karma yang baik sehingga kejayaan Nabi dan Tabi’in pun akan berulang. Beberapa sifat asasi yang yang harus dimiliki pendidik agar pengaruhnya lebih kuat adalah:
a.       Ikhlas
Seorang pendidik selayaknya mencurahkan seluruh aktivitasnya dibidang pendidikan hanya karena Allah, baik aktivitasnya yag berhububungan dengan perintah, larangan, nasihat maupun sanksi. Buah yang dipetik dari sistem pendidikan berkesinambungan ini, selain mengharapkan pahala dan rida Allah juga untuk meraih tempat yang abadi.

b.      Takwa
Termasuk hal yang harus diperhatikan sifat pendidik adalah sifat takwa. Menurut definisi para ulama, takwa ialah: Alah tidak melihatmu (berbuat) masalah-masalah yang dilarang oleh-Nya, dan kamu selalu mengerjakan perintah-Nya. Menurut definisi yang lain, takwa ialah takut akan azab Allah dengan melakukan amal saleh, dan takut kepada-Nya diwaktu sembunyi dan terang-terangan.

c.       Ilmu
Diantara semua hal yang disetujui oleh semua pihak adalah, seorang pendidik seyogianya mengetahui dasar-dasar pendidikan yang dicanangkan syariat Islam, memahami masalah-masalah halal dan haram, berakahlak baik serta secara global peraturan-peraturan Islam dan kaidah-kaidah syariat. Kenapa demikian ? karena dengan menngetahuinya seseorang pendidik akan menjadi seorang yang arif dan bijaksana dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya, akan mengajari anak menurut dasar-dasar dan ketentuan-ketentuanya, dan akan melakukan perbaikan dan mendidik berdasarkan pengajaran Al-Quran, petunjuk Rasulullah, dan keteladanan generasi pertama, para sahabat Rasulullah saw., dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.

d.      Santun dan Pemaaaf
Diantra sifat-sifat terpuji yang dapat membantu keberhasilan pendidik dalam tugas mendidik dan melakukan perbaikan adalah seantun pemaaf. Dengan kedua sifat mulia ini, seorang anak akan tertarik terhadap gurunya, dan akan menerima ucapan dan nasihatnya. Dengan perantaraan ini akan memiliki sifat terpuji.
e.       Merasa Bertanggung Jawab
Diantara masalah-masalah yang harus dimiliki seorang pendidik dengan baik ialah rasa tanggung jawab yang besar dalam mendidik iman dan perilaku anak, membentuk fisik dan psikisnya, dan mempersisapkan akal dan jiwa sosial kemasyarakatannya. Rasa tanggung jawab ini akan mendorongnya untuk selalu mengontrol, memperhatikan dan mendidiknya. Jika pendidik lalai atau meremehkan tugasnya maka lambat laun anak akan menjadi rusak, dan dia akan bergaul dengan teman-teman yang rusak pula.

2.      PEDOMAN-PEDOMAN DASAR DALAM MENDIDIK ANAK
Ada dua pedoman dasar dalam mendidik anak, yaitu pedoman mengikat dan pedoman kewaspadaan.

a.       Pedoman Mengikat
Suatu hal yang meyakinkan, baha jika usia tamyiz anak diikat dengan ikatan keyakinan,spiritual, pemikiran, sejarah, social kemasyarakatan, olahraga dan lain sebagainya, maka tatkala dewasa imannya akan menjadi kuat, keyakinan dan takwanya semakin mantap. Dia akan loyal terhadap Islam. Berikut ini adalah ikatan-ikatan terpenting yang dapat mewujudkan semua kebaikan bagi anak.

1)      Ikatan Akidah
2)      Ikatan Spiritual
3)      Ikatan pemikiran
4)      Ikatan Sosial
5)      Ikatan Olahraga

b.      Sikap Waspada
Kaidah yang tidak kalah penting dan pengaruhnya dari kaidah yang telah dibicarakan sebelumnya, bahkan ia termasuk salah satu faktor asasi yang dapat mencuci otak anak dari pikiran vulgar dan paham-paham yang sesat. Sebaliknya, hal ini akan membentengi imannya dari pikiran orang-orang yang sesat dan menyimpang. Dua hal hakiki berikut ini akan dipahami terlebih dahulu oleh seorang pendidik. Pertama, mewaspadai terus-menerus agar pada jiwa anak tertanam perasaan benci terhadap kerusakan dan kejahatan, sehingga segera meninggalkan gejala-gejala kesesatan dan penyimpangan. Kedua, menelanjangi gejala-gejala ateis dan penyimpangan untuk meningkatkan tekad seorang pendidik dalam mengemban tanggung jawab, mengarahkan, dan mengajar anak bagaimana caranya menjauhi kejahatan dan kebatilan.[2]

E.     PENDIDIKAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM
Beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan pembinaan dan pendidikan adalah sebagai berikut:
1.  Memilih istri (ibu bagi anak) yang sholihah
Hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seseorang (calon bapak) agar anak-anaknya kelak menjadi anak-anak yang sholih. Karena seorang ibu adalah sekolah pertama tempat anak-anak menimba ilmu dan belajar. Seorang ibu yang sholihah tentu saja akan mengajarkan kebaikan dan amal sholih kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Wanita dinikahi karena 4 hal: (yaitu) kekayaanya, kedudukanya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung”(HR. Bukhori Muslim).
Demikian juga sebaliknya. Bagi seorang calon ibu, ia harus memilih pendamping sholih yang kelak akan menjadi ayah dari anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang akan mengarahkan kemana bahtera rumah tangga akan berlayar. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya : “Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas” (HR At-Tirmidzi)
2.  Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah
Diantara yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh :
وَأْمُرْأَهْلَكَ بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
“perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi).
 Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.


3.  Memberikan teladan yang baik
Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak. Telah diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya. Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi pribadi yang baik. Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-3)
4. Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk
Hendaknya orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar  memilih teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak sholih
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam  bersabda yang artinya: “Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR Bukhari  dan Muslim)
5.  Membentengi diri mereka dari hal hal yang merusak akhlak mereka
Penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.
6.   Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran islam
Sudah sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam  (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan perilaku baik lainya.


7.   Bersikap adil
Yaitu bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim)
8.   Mendoakan kebaikan bagi mereka
Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Alloh memberikan hidayah  kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“ mereka  berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74).
Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)[3]
F.      KESIMPULAN
Pendidikan terhadap anak harus berpedoman pada Al-Quran dan Hadis agar menjadi insan yang Islami serta dimulai pada usia dini sehingga lebih mudah dalam pembentukan kepribadiannya.











[1] Chabub M Thoha, Kapita Pendidikan Islam, cet 1, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1996) h.98-100
[2] Abdullah Nashih Ulwan, Pendidkan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 174-278
[3] Pendidkan Anak Dalam Pandangan Islam, dalam http: http://www.radioassunnah.com

Minggu, 23 Juni 2013

PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK


MEMBENTUK KARAKTER ANAK MELALUI FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA
 ISLAM
1.      PENDAHULUAN
Anak merupakan salah satu amanah yang diberikan Allah Swt kepada para orang tua yang wajib dijaga orang tua. Seorang anak  terlahir fitrah,  namun orang tuanya lah yang membuatnya menjadi  baik atau tidak baik. Selain orang tua/ keluarga, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah satu faktor yang berperan penting dalam pembentukan karakter anak adalah pendidikan, baik didalam keluarga (orang tua) maupun di sekolah. disini para orang tua wajib memberikan pendidikan yang baik bagi ank-anaknya khususnya pendidikan agama karena pendidikan agama merupakan bekal untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun  di akhirat

2.      PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER ISLAM
Banyak pengertian pendidikan karakter Islam yang telah dikemukakan oleh pakar maupun tokoh  pendidikan Islam. Dalam pembahasan ini,hanya dikemukakan beberapa pengertian pendidikan Islam dari beberapa pakar pendidikan Islam. Abdurrahman an- Nawawi  menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan menerapkannya secara sempurna baik didalam kehidupan individu dan masyarakat. Oemar Muhammad al-Toumy al- Syaebani dalam Arifin  menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai Islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan. Mohammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin  menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Imam Bawani  menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[1]

3.      PENGERTIAN KARAKTER
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.[2]

4.      PENGERTIAN ANAK
Anak merupakan generasi penerus berlangsungnya kehidupan manusia dalam hal ini     Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 menerangkan  bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Definisi anak pada Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hal tersebut sama juga dengan pengertian menurut Konvensi Hak Anak (KHA) definisi anak adalah manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun. Pendapat lain Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Dan menurut Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Sehingga dapat di simpulkan bahwa anak adalah manusia yang belum dewasa yang umumnya berumur di bawah 18 tahun dan masih rentan terhadap kesalahan sehingga perlu pengawasan dari manusia dewasa.[3]

5.       PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti dilibatkan dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah.
Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan masyarakat. Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat berhubungan dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan terhadap guru merupakan hal mendasar dalam proses pendidikan. Guru mempunyai peran ganda, disamping ia sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik. Dalam rangka mengembangkan tugas atau peran gandanya maka oleh Zakiah Daradjah disarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yaitu:
Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji, perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.
Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka guru memegang peranan penting. Oleh sebab itu guru di sekolah tidak hanya sekedar mentransferkan sejumlah ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi lebih dari itu terutama dalam membina sikap dan ketrampilan mereka. Untuk membina sikap murid di sekolah, dari sekian banyak guru bidang studi, guru bidang studi agamalah yang sangat menentukan, sebab pendidikan agama sangat menentukan dalam hal pembinaan sikap siswa karena bidang studi agama banyak membahas tentang pembinaan sikap, yaitu mengenai aqidah dan akhlakul karimah.
Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun tugas guru lebih konprehensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka pada jalan kebenaran agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.

6.      PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK MELALUI FUNGSI EDUKATIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan agama islam sejak dini akan sangat efektif dalam segi edukatifnya untuk mempengaruhi pembentukan karakter anak yang baik. Ini karena di dalam sebuah ruang lingkup keluarga dibutuhkan keharmonisan dan keseimbangan antar anggotanya. Peran pribadi yang senior diharuskan memberi pelajaran yang junior dan sesuai dengan porsinya sehingga dapat membawa angin perubahan menuju sesuatu yang positif. Dipandang dari segi keterkaitannya, pembentukan karakter dasar seorang anak sejak dini tentu sangat erat hubungannya dengan apa yang diajarkan dalam sisi edukatif pendidikan agama islam. Telah begitu banyak bukti dan realita yang benar-benar membuktikan secara nyata bahwasannya pembelajaran pendidikan agama islam berperan besar dan mayoritas mampu mengantarkan tiap individu agamis menghadapi kesulitan dan problematika yang ada dengan arif dan bijaksana.[4]


[1]        Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Edisi 1, (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2006), h.9-10
[2] Juansyah, Pengertian Karakter, dalam http:Juansyahwordpress.blogspot.com., 29 Juli 2012
[3]        Ras Eko Budi Santoso, Pengertian Anak, dalam http://ras-eko.blogspot.com., Desember 2012

[4] Pendidikan Agama Islam, dalam http://darunnajah-cipining.com