MENDIDIK ANAK UNTUK MENJADI INSAN YANG ISLAMI
A.
PENDAHULUAN
Islam merupkan agama unversal yang diturunkan oleh
Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak manusia. Salah satu upaya untuk membentuk
akhlak yang baik adalah melalui pendidikan yang harus dimulai pada usia dini
(anak-anak).Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut lebih mudah untuk
membentuk kepribadian seorang anak. Dalam Agama Islam, pendidikan terhadap anak
berpedoman pada Al-Quran dan Hadis sehingga para orang tua/ pendidik dapat melaksanakan
tugasnya wajib berpegang kepada kedua pedoman tersebut. Dengan demikian diharapkan
nantinya seorang anak akan menjadi insan yang Islami.
B.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Untuk memahami pengertian pendidikna dengan benar,
pengertian dapat dibedakan dari dua pengertian, pengertian yang bersifat
teoritik filosofis dan pengertia pendidikan dalam arti praktis.
Pengertian pendidikan dalam arti teoritik filosofis
adalah pemikiran manusia terhadap masalah-masalah kependidikan untuk memecahkan
dan menyusun teori-teori baru dengan mendasarkan kepada pemikiran normatif,
spekulatif, rasional empirik, rasional filosofik maupun histori filosofik.
Pendidikan dalam arti praktek adalah, suatu proses pemindahan pengetahauan
ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subjek didik untuk mencapai
perkembanagan secara optimal, serta membudayakan manusia melalui proses
transformasi nilai-nilai yang utama. Dalam UUSPN pendidikan diartikan sebagai
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latian bagi perananny dimasa yang akan datang. Prof. Dr. Noeng Muhadjir mensyaratkan bahwa
aktivitas pendidikan adalah aktivitas interaktif antara pendidik dan subjek
didik untuk mencapai tujuan yang baik dengan cara yang baik dan dalam konteks
positif. Dengan demikian pendiikan dalam arti praktis adalah pendidkan yang
berlandaskan kepada nilai-nilai yang baik dan mengundang kepastian, bukan
nilai-nilai yang relatif, tetapi nilai-nilai yang universal. Dengan demikian
pendidkan prkatis selalu memiliki ketergantungan dengan pendidikan teoritis.
Pendidikan praktis juga bersifat dengan filsafat pendidikan, prakyek pendidikan
atau seni mendidik dan harus mentaati adanya suatu pola untuk bertindak. Sebaliknya
filsafat pendidikan pemecahannya hanya dapat diperoleh dalam tindakan.
C.
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah,
dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek
pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Quran
dan Hadis Nabi. Perbedaan nyata antara pendidkan dengan pendidikan selain Islam
terletak pada pandangan filosofinya tentang Tuhan dan manusia, dan dalam
praktek pendidikan yang diarahkan oleh tujuan pendidikan dengan dituntun oleh
nilai-nilai Islam.[1]
D.
PEDOMAN-PEDOMAN DASAR PENDIDIKAN ANAK
1.
KAIDAH-KAIDAH DASAR PENDIDIKAN
Islam
dengan kaidah tasyri’-nya yang universal dan prinsip-prinsipnya yang abadi,
telah mencanangkan dasar dan system pembinaan ank dalam berbagai segi: akidah,
akhlak, fisik, akal, jiwa, sosial kemasyarakatan dan lain sebaginya. Dasar dan sistem
ini merupakan prinsip yang jelas, sederhana, dan mudah dilaksanakan. Seandainya
para pendidik menerapkan sistem ini, niscaya generasi muda dan masyarakat akan
tumbuh dengan akidah yang kuat, moral yang mulia, akal yang matang, dan tata karma
yang baik sehingga kejayaan Nabi dan Tabi’in pun akan berulang. Beberapa
sifat asasi yang yang harus dimiliki pendidik agar pengaruhnya lebih kuat
adalah:
a.
Ikhlas
Seorang
pendidik selayaknya mencurahkan seluruh aktivitasnya dibidang pendidikan hanya
karena Allah, baik aktivitasnya yag berhububungan dengan perintah, larangan,
nasihat maupun sanksi. Buah yang dipetik dari sistem pendidikan
berkesinambungan ini, selain mengharapkan pahala dan rida Allah juga untuk
meraih tempat yang abadi.
b.
Takwa
Termasuk
hal yang harus diperhatikan sifat pendidik adalah sifat takwa. Menurut definisi
para ulama, takwa ialah: Alah tidak melihatmu (berbuat) masalah-masalah yang
dilarang oleh-Nya, dan kamu selalu mengerjakan perintah-Nya. Menurut definisi
yang lain, takwa ialah takut akan azab Allah dengan melakukan amal saleh, dan
takut kepada-Nya diwaktu sembunyi dan terang-terangan.
c.
Ilmu
Diantara
semua hal yang disetujui oleh semua pihak adalah, seorang pendidik seyogianya
mengetahui dasar-dasar pendidikan yang dicanangkan syariat Islam, memahami masalah-masalah
halal dan haram, berakahlak baik serta secara global peraturan-peraturan Islam
dan kaidah-kaidah syariat. Kenapa demikian ? karena dengan menngetahuinya
seseorang pendidik akan menjadi seorang yang arif dan bijaksana dalam menempatkan
sesuatu pada tempatnya, akan mengajari anak menurut dasar-dasar dan ketentuan-ketentuanya,
dan akan melakukan perbaikan dan mendidik berdasarkan pengajaran Al-Quran,
petunjuk Rasulullah, dan keteladanan generasi pertama, para sahabat Rasulullah
saw., dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.
d.
Santun dan Pemaaaf
Diantra
sifat-sifat terpuji yang dapat membantu keberhasilan pendidik dalam tugas
mendidik dan melakukan perbaikan adalah seantun pemaaf. Dengan kedua sifat mulia
ini, seorang anak akan tertarik terhadap gurunya, dan akan menerima ucapan dan
nasihatnya. Dengan perantaraan ini akan memiliki sifat terpuji.
e.
Merasa Bertanggung Jawab
Diantara
masalah-masalah yang harus dimiliki seorang pendidik dengan baik ialah rasa
tanggung jawab yang besar dalam mendidik iman dan perilaku anak, membentuk
fisik dan psikisnya, dan mempersisapkan akal dan jiwa sosial kemasyarakatannya.
Rasa tanggung jawab ini akan mendorongnya untuk selalu mengontrol,
memperhatikan dan mendidiknya. Jika pendidik lalai atau meremehkan tugasnya
maka lambat laun anak akan menjadi rusak, dan dia akan bergaul dengan
teman-teman yang rusak pula.
2.
PEDOMAN-PEDOMAN DASAR DALAM MENDIDIK ANAK
Ada dua
pedoman dasar dalam mendidik anak, yaitu pedoman mengikat dan pedoman
kewaspadaan.
a.
Pedoman Mengikat
Suatu hal
yang meyakinkan, baha jika usia tamyiz anak diikat dengan ikatan
keyakinan,spiritual, pemikiran, sejarah, social kemasyarakatan, olahraga dan
lain sebagainya, maka tatkala dewasa imannya akan menjadi kuat, keyakinan dan
takwanya semakin mantap. Dia akan loyal terhadap Islam. Berikut ini adalah
ikatan-ikatan terpenting yang dapat mewujudkan semua kebaikan bagi anak.
1)
Ikatan Akidah
2)
Ikatan Spiritual
3)
Ikatan pemikiran
4)
Ikatan Sosial
5)
Ikatan Olahraga
b.
Sikap Waspada
Kaidah yang
tidak kalah penting dan pengaruhnya dari kaidah yang telah dibicarakan
sebelumnya, bahkan ia termasuk salah satu faktor asasi yang dapat mencuci otak
anak dari pikiran vulgar dan paham-paham yang sesat. Sebaliknya, hal ini akan
membentengi imannya dari pikiran orang-orang yang sesat dan menyimpang. Dua hal
hakiki berikut ini akan dipahami terlebih dahulu oleh seorang pendidik.
Pertama, mewaspadai terus-menerus agar pada jiwa anak tertanam perasaan benci
terhadap kerusakan dan kejahatan, sehingga segera meninggalkan gejala-gejala
kesesatan dan penyimpangan. Kedua, menelanjangi gejala-gejala ateis dan
penyimpangan untuk meningkatkan tekad seorang pendidik dalam mengemban tanggung
jawab, mengarahkan, dan mengajar anak bagaimana caranya menjauhi kejahatan dan
kebatilan.[2]
E.
PENDIDIKAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM
Beberapa
tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan pembinaan dan pendidikan adalah
sebagai berikut:
1. Memilih istri (ibu bagi
anak) yang sholihah
Hal ini merupakan langkah awal yang
dilakukan oleh seseorang (calon bapak) agar anak-anaknya kelak menjadi
anak-anak yang sholih. Karena seorang ibu adalah sekolah pertama tempat
anak-anak menimba ilmu dan belajar. Seorang ibu yang sholihah tentu saja akan
mengajarkan kebaikan dan amal sholih kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Wanita dinikahi karena 4 hal:
(yaitu) kekayaanya, kedudukanya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita
yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung”(HR. Bukhori Muslim).
Demikian juga sebaliknya. Bagi seorang
calon ibu, ia harus memilih pendamping sholih yang kelak akan menjadi ayah dari
anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang akan mengarahkan kemana
bahtera rumah tangga akan berlayar. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda yang artinya : “Apabila datang kepada kalian orang yang kalian
ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan
terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas” (HR At-Tirmidzi)
2. Membiasakan anak untuk
mengerjakan ibadah
Diantara yang perlu ditanamkan sejak
dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib. Yang
demikian ini disebutkan dalam firman Alloh :
وَأْمُرْأَهْلَكَ بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
“perintahkan keluargamu untuk mengerjakan
sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat
berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi).
Selain itu pula hendaknya
orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika
mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah
tersebut.
3. Memberikan teladan yang
baik
Teladan yang baik merupakan hal
terpenting dalam keberhasilan mendidik anak. Telah diketahui bersama bahwa
seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya. Bila orang tua
memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi
pribadi yang baik. Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua
memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang
dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya
: ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang
tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian
mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-3)
4. Menjauhkan mereka dari teman
teman yang buruk
Hendaknya orang tua memberikan
pengarahan kepada anak-anaknya agar memilih teman-teman yang baik agama
dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian dan
senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak
sholih
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya, perumpamaan teman
baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun
penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli
darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia
akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR Bukhari
dan Muslim)
5. Membentengi diri mereka
dari hal hal yang merusak akhlak mereka
Penyebab banyaknya penyimpangan yang
dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun akhlak adalah apa yang mereka
saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambar-gambar atau
tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau
aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif
dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk
menggunakan sarana informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar
teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.
6. Mengajarkan nilai-nilai
luhur dalam ajaran islam
Sudah sepantasnya bagi orang tua
untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-anaknya, seperti pentingnya
iman dan islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu
‘alaihi wa sallam (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap
perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka
adab-adab islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb),
dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap
orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan perilaku baik
lainya.
7. Bersikap adil
Yaitu bersikap kepada anak-anak,
tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya dalam segala hal,
baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan lain
sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertaqwalah kalian kepada Alloh,
dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim)
8. Mendoakan
kebaikan bagi mereka
Hendaknya orang tua menyadari bahwa
hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Alloh memberikan
hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan
karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan
membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk
kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“ mereka berdoa: “ wahai Robb
kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anak-anak kami, dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74).
Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan
bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)[3]
F.
KESIMPULAN
Pendidikan terhadap anak harus berpedoman pada Al-Quran dan Hadis agar
menjadi insan yang Islami serta dimulai pada usia dini sehingga lebih mudah
dalam pembentukan kepribadiannya.